Sangihe-Reportasemanado.com- Di tengah upaya diversifikasi ekonomi di Kabupaten Kepulauan Sangihe, budidaya nilam mulai menunjukkan potensinya. Sabtu (8/3), Bupati Michael Thungari bersama jajaran pemerintah daerah menghadiri panen perdana nilam di Kampung Lenganeng, Kecamatan Tabukan Utara. Panen ini menjadi momentum penting bagi petani setempat dalam mengembangkan komoditas bernilai tinggi tersebut.
Nilam yang dipanen merupakan hasil budidaya keluarga Lakuminang Masihor di lahan seluas 0,25 hektare dengan sekitar 3.000 pohon. Menurut Bupati Thungari, tanaman ini tengah menjadi tren karena memiliki nilai ekonomi yang menjanjikan. Ia berharap harga nilam tetap stabil sehingga petani mendapatkan keuntungan optimal.
“Kami ingin harga jual nilam terus membaik agar sebanding dengan biaya produksinya. Kami juga mendorong dinas terkait untuk berkoordinasi dengan pemerintah provinsi dan pusat guna meningkatkan efisiensi produksi dan pemasaran,” ujar Thungari.
Mudah Dibudidayakan, Butuh Sentuhan Pasar
Salah satu keunggulan nilam adalah kemudahan dalam pembibitannya. Menurut Thungari, ketersediaan bibit bukan menjadi kendala utama karena tanaman ini dapat diperbanyak dengan cepat. Namun, edukasi kepada petani tetap diperlukan agar mereka memahami teknik budidaya yang efektif dan cara mengolah hasil panen untuk meningkatkan nilai jualnya.
Dari segi produktivitas, Lakuminang Masihor menjelaskan bahwa pola tanam yang ia terapkan cukup sederhana. Pada awal pertumbuhan, ia menggunakan pupuk kandang, lalu setelah 40 hari beralih ke pupuk organik. Siklus panennya pun tergolong cepat.
“Panen pertama dilakukan setelah enam bulan, selanjutnya bisa dipanen setiap tiga bulan. Dalam satu siklus, satu lahan bisa dipanen hingga tujuh kali,” ujarnya.
Dengan pola panen yang relatif cepat dan potensi nilai jual yang tinggi, nilam bisa menjadi alternatif ekonomi bagi masyarakat Sangihe.
Sinergi dengan Ketahanan Pangan
Di tengah geliat pengembangan komoditas bernilai ekonomi tinggi, pemerintah daerah juga memastikan bahwa ketahanan pangan tetap menjadi prioritas. Thungari menegaskan bahwa kedua hal ini dapat berjalan beriringan, disesuaikan dengan potensi wilayah masing-masing.
“Masih banyak lahan kosong yang bisa dimanfaatkan. Nilam dapat ditanam di bawah pohon kelapa, cengkeh, atau pala, sedangkan hortikultura memerlukan perhatian khusus. Pembagian kelompok petani akan menjadi kunci dalam pengembangannya,” jelasnya.
Lebih lanjut, ia menekankan bahwa pertanian membutuhkan keseriusan, tanggung jawab, dan kerja keras. Dengan memanfaatkan lahan yang ada serta strategi budidaya yang tepat, petani di Sangihe berpeluang mendapatkan sumber pendapatan baru dari nilam.
Panen perdana ini diharapkan menjadi langkah awal dalam mendorong pertumbuhan ekonomi berbasis pertanian di Sangihe. Jika dikembangkan dengan baik, nilam bisa menjadi komoditas unggulan yang menopang kesejahteraan petani dan perekonomian daerah secara keseluruhan.
(Ryansengala)